![]() |
Anak-anak Amerika belajar Gamelan |
Komposer lain yang menjadi pengagum Debussy dan memiliki hubungan langsung dengan musik gamelan adalah Olivier Messiaen. Tahun 1931, dia melihat dan mendengar pertunjukan langsung gamelan Bali di International Colonial Exposition di Paris. Tambahan pula, teknologi abad ke-20 seperti teknologi rekaman memperkuat keterbukaannya terhadap musik Timur termasuk musik Indonesia.
Penggunaan instrumen-instumen perkusi
dalam karya-karya orchestra Messiaen mungkin diilhami musik Timur. Terutama
dalam piano, vibraphone dan bagian-bagian celesta harus memancing suara gamelan
Bali. Dalam karya orchestra pentingnya, Turangalila-Symphone, dia bahkan
menyinggung bahwa bagian ini didominasi instrument-instrumen perkusi artinya
suara-suara yang mirip gamelan.
Boulez merupakan salah satu dari
mahasiswa kesayangan Messiaen yang memiliki minat sebesar gurunya. Dia tertarik
pada musik Timur dari mendengarkan phonograf dan membaca literature dalam
etnomusikologi. Dalam karyanya Hammer With No Master yang mungkin diilhami gamelan,
didominasi instrument-instrumen perkusi.
Singkatnya, gamelan dan musik Timur
lainnya memiliki pengaruh tertentu pada karya Debussy, Messiaen dan Boulez.
Tapi kealamiahan pengaruh musik Timur dalam karya-karya mereka tidak dapat
dijelaskan dengan mudah. Transformasi bukan merupakan tiruan sederhana dari
struktur musikal musik Timur. Boulez agah tebuka mengenai transformasi ini.
Dalam pidatonya untuk UNESCO pada tahun 1968 tentang maslah pengaruh musik
Timur dalam musik Barat, dia menyatakan:
”Masyarakat membentuk sebuah ide yang
sangat sentimental dan emosional
terntang musik oriental. Mereka kini menyelngaminnya seperti para turis …Saya
menloak ide tentang ”surge yang dangkal, keberanian yang berlebihan…Hanya untuk
memukul gong dan menggunakan gamelan yang tidak ada artinya. Ini merupakan
prosedur yang dangkal. Tapi ada hikman yang dapat diambil disana… bahwa suatu
relativitas ada diantara instrument-instrumen, relativitasi bahwa tidak hanya
warna suara tapi juga ketepatan waktu, tergantung pada hasil kreasi waktu itu.
(Boulez dan Cadieu1968:30,54)
Dia percaya bahwa satu-satunya
pengaruh yang bagus adalah hanya ketika komposer dapat meluruhkan musik Timur
dalam komposisi Baratnya. Berikut petikan pernyataannya; Komposer yang menerima
pengaruh (dari musik oriental) dan meluruhkannya dalam cara yang menakjubkan
adalah Debussy. Tepatnya pernyataan Boulez ini mendasar dan bersifat
diskriminatif, tidak jelas kepada siapa kritik ini ditujukan.
Kita tahu bahwa
di Amerika Serikat muncul sejumlah komposer yang tertarik untuk memperhatikan
musik Asia sebagai sumber inspirasi. Berapa diantara mereka adalah: Colin McPhee, Henry Cowell dan
murid-muridnya, Lou Hariisson dan John Cage, Benjamin Brittin dan Steve Reich.
Dalam usaha mereka, para komposer ini lebih agresif dibandingkan dengan komposer-komposer sebelumnya. Banyak diantara mereka yang telah mendengar atau
mempelajari gamelan baik di Amerika Serikat maupun di negara yang musiknya
dipelajari.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kerja
utama McPhee yang berhubungan dengan musik Bali adalah penyalinan nada-nada
Bali dari berbagai jenis gamelan Bali.
Transkripsi-transkripsi ini dipentaskan dengan musik Barat. Melihat kerja
McPhee dari sudut pandang saat ini, diskusi tentang hak cipta pasti akan muncul.
Tapi tidak adanya konsep kepemilikan dalam berbagai musik tradisional dan
lingkungan kolonial membuat isu hak cipta ini tidak relevan.
Satu-satunya komposisi McPhee yang
mengandung perpaduan idiom-idiom musik Bali dan Barat adalah Tabuh-tabuhan
(cara memainkan instrument-instrumen perkusi). Perlu dicatat bahwa ide membuat
Tabuh-tabuhan ini berasal dari temannya, Carlo Chaves. McPhee mengagumi
karya-karya Chaves yang meleburkan elemen musik Indian-Mexico. Sebenarnya
latihan komposisi Tabuh-tabuhan dilakukan oleh orchestra Chaves di Mexico City.
Pertunjukan perdana Tabuhan-tabuhan dimainkan di New York tanggal 4 September
1936. Walaupun pentas perdana ini memperoleh sukses besar, usaha selanjutnya
untuk mementaskannya tidak mendapatkan tempat dan apresiasi yang memadai.
Tabuh-tabuhan merupakan perayaan musikal
seorang komposer yang hidup dalam dua budaya, Barat dan Bali. Pertama,
instrumentasi Tabuh-tabuhan menggambarkan dua dunia tersebut terdiri dari
seperangkat instrument perkusi Barat (kecuali dua gong Bali) yang mengacu pada
gamelan-dua piano, marimba, xylophone, celesta, glockenspiel dan dua gong
Bali-disatukan dengan instrument perkusi Barat yang lain. Karya ini juga
mendemonstrasikan kemampuan McPhee untuk mencampurkan idiom-idiom musik Bali
dan Barat.
Ketika tinggal di New Yok, teman-teman
McPhee termasuk seorang komposer berkebangsaan Inggris, Benjamin Britten. Ereka
sering bersama-sama menampilkan music Bali berdasarkan transkripsi McPhee.
Minatnya terhadap musik Bali menuntun Britten untuk mengunujung Bali ditahun
1965. Kemudian dia menciptakan The Prince of The Pagodas. Disamping kemiripan
gamelan Bali yang ditemukan dalam bagian-bagiannya, dalam karya ini dia juga
memasukkan unsur lagu Bali, Kapi Raja.
Ada komposer-komposer lainnya yang memiliki
pengalaman langsung memainkan gamelan. Steve Reich salah satu diantaranya,
walaupun dia mempelajari gamelan secara sangat singkat. Kemudian, dia juga
mempelajari musik Afrika. Kadang-kadang karyanya dikarakteristikkan sebagai
”minimalisme” berfokus pada proses repetisi frase musik pendek. Apa yang dipengaruhi
gamelan dalam music Reich tidak jelas. Dari pernyataannya, kita tahu bahwa dia
tidak tertarik meniru suara gamelan. Penjelasannya tentang proses transformasi
music non-Barat dalam komposisinya tampak serupa dengan proses transcendental
yang diungkapkan Boulez. Dia berkata,”Bentuk ketertarikan pengaruh
setidak-tidaknya, bagi saya, adalah meniru bunyi dari sejumlah musik non-Barat.”
Dengan kata lain; seseorang dapat
menciptakan musik dengan bunyinya sendiri yang dikonstruksikan dalam cahaya
pengetahuannya tentang struktur-struktur non-Barat. Hal ini menyebabkan situasi ketertarikan
terhadap pengaruh non-Barat ada dalam pikiran tapi tidak dalam bunyi. Hal ini
lebihmerupakan bentuk sejati dan keterarikan pengaruh karena ketika
mendengarkan, seseorang tidak perlu menyadari bahwa sebagian musik non-Barat
telah ditiru. Disamping meniru, pengaruh struktur-struktur musik non-Barat pada
pemikiran komposer Barat mungkin menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru
(Reich 1974:40).
(Sumber : Dr.Sumarsam, "Gamelan dan Barat: Interaksi Musik dan Budaya" dalam Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia Th. IX-1998/1999)
EmoticonEmoticon