Rabu, 02 Agustus 2017

Gamelan Menginspirasi Musik Barat Sejak Dulu Kala (bagian 2)

Tags

Anak-anak Amerika belajar Gamelan

Komposer lain yang menjadi pengagum Debussy dan memiliki hubungan langsung dengan musik gamelan adalah Olivier Messiaen. Tahun 1931, dia melihat dan mendengar pertunjukan langsung gamelan Bali di International Colonial Exposition di Paris. Tambahan pula, teknologi abad ke-20 seperti teknologi rekaman memperkuat keterbukaannya terhadap musik Timur termasuk musik Indonesia.

Penggunaan instrumen-instumen perkusi dalam karya-karya orchestra Messiaen mungkin diilhami musik Timur. Terutama dalam piano, vibraphone dan bagian-bagian celesta harus memancing suara gamelan Bali. Dalam karya orchestra pentingnya, Turangalila-Symphone, dia bahkan menyinggung bahwa bagian ini didominasi instrument-instrumen perkusi artinya suara-suara yang mirip gamelan.

Boulez merupakan salah satu dari mahasiswa kesayangan Messiaen yang memiliki minat sebesar gurunya. Dia tertarik pada musik Timur dari mendengarkan phonograf dan membaca literature dalam etnomusikologi. Dalam karyanya Hammer With No Master yang mungkin diilhami gamelan, didominasi instrument-instrumen perkusi.

Singkatnya, gamelan dan musik Timur lainnya memiliki pengaruh tertentu pada karya Debussy, Messiaen dan Boulez. Tapi kealamiahan pengaruh musik Timur dalam karya-karya mereka tidak dapat dijelaskan dengan mudah. Transformasi bukan merupakan tiruan sederhana dari struktur musikal musik Timur. Boulez agah tebuka mengenai transformasi ini. Dalam pidatonya untuk UNESCO pada tahun 1968 tentang maslah pengaruh musik Timur dalam musik Barat, dia menyatakan:
          ”Masyarakat membentuk sebuah ide yang sangat  sentimental dan emosional terntang musik oriental. Mereka kini menyelngaminnya seperti para turis …Saya menloak ide tentang ”surge yang dangkal, keberanian yang berlebihan…Hanya untuk memukul gong dan menggunakan gamelan yang tidak ada artinya. Ini merupakan prosedur yang dangkal. Tapi ada hikman yang dapat diambil disana… bahwa suatu relativitas ada diantara instrument-instrumen, relativitasi bahwa tidak hanya warna suara tapi juga ketepatan waktu, tergantung pada hasil kreasi waktu itu. (Boulez dan Cadieu1968:30,54)


Dia percaya bahwa satu-satunya pengaruh yang bagus adalah hanya ketika komposer dapat meluruhkan musik Timur dalam komposisi Baratnya. Berikut petikan pernyataannya; Komposer yang menerima pengaruh (dari musik oriental) dan meluruhkannya dalam cara yang menakjubkan adalah Debussy. Tepatnya pernyataan Boulez ini mendasar dan bersifat diskriminatif, tidak jelas kepada siapa kritik ini ditujukan.


Kita tahu bahwa di Amerika Serikat muncul sejumlah komposer yang tertarik untuk memperhatikan musik Asia sebagai sumber inspirasi. Berapa diantara mereka  adalah: Colin McPhee, Henry Cowell dan murid-muridnya, Lou Hariisson dan John Cage, Benjamin Brittin dan Steve Reich. Dalam usaha mereka, para komposer ini lebih agresif dibandingkan dengan komposer-komposer sebelumnya. Banyak diantara mereka yang telah mendengar atau mempelajari gamelan baik di Amerika Serikat maupun di negara yang musiknya dipelajari.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kerja utama McPhee yang berhubungan dengan musik Bali adalah penyalinan nada-nada Bali dari berbagai  jenis gamelan Bali. Transkripsi-transkripsi ini dipentaskan dengan musik Barat. Melihat kerja McPhee dari sudut pandang saat ini, diskusi tentang hak cipta pasti akan muncul. Tapi tidak adanya konsep kepemilikan dalam berbagai musik tradisional dan lingkungan kolonial membuat isu hak cipta ini tidak relevan.

Satu-satunya komposisi McPhee yang mengandung perpaduan idiom-idiom musik Bali dan Barat adalah Tabuh-tabuhan (cara memainkan instrument-instrumen perkusi). Perlu dicatat bahwa ide membuat Tabuh-tabuhan ini berasal dari temannya, Carlo Chaves. McPhee mengagumi karya-karya Chaves yang meleburkan elemen musik Indian-Mexico. Sebenarnya latihan komposisi Tabuh-tabuhan dilakukan oleh orchestra Chaves di Mexico City. Pertunjukan perdana Tabuhan-tabuhan dimainkan di New York tanggal 4 September 1936. Walaupun pentas perdana ini memperoleh sukses besar, usaha selanjutnya untuk mementaskannya tidak mendapatkan tempat dan apresiasi yang memadai.

Tabuh-tabuhan merupakan perayaan musikal seorang komposer yang hidup dalam dua budaya, Barat dan Bali. Pertama, instrumentasi Tabuh-tabuhan menggambarkan dua dunia tersebut terdiri dari seperangkat instrument perkusi Barat (kecuali dua gong Bali) yang mengacu pada gamelan-dua piano, marimba, xylophone, celesta, glockenspiel dan dua gong Bali-disatukan dengan instrument perkusi Barat yang lain. Karya ini juga mendemonstrasikan kemampuan McPhee untuk mencampurkan idiom-idiom musik Bali dan Barat.

Ketika tinggal di New Yok, teman-teman McPhee termasuk seorang komposer berkebangsaan Inggris, Benjamin Britten. Ereka sering bersama-sama menampilkan music Bali berdasarkan transkripsi McPhee. Minatnya terhadap musik Bali menuntun Britten untuk mengunujung Bali ditahun 1965. Kemudian dia menciptakan The Prince of The Pagodas. Disamping kemiripan gamelan Bali yang ditemukan dalam bagian-bagiannya, dalam karya ini dia juga memasukkan unsur lagu Bali, Kapi Raja.

Ada komposer-komposer lainnya yang memiliki pengalaman langsung memainkan gamelan. Steve Reich salah satu diantaranya, walaupun dia mempelajari gamelan secara sangat singkat. Kemudian, dia juga mempelajari musik Afrika. Kadang-kadang karyanya dikarakteristikkan sebagai ”minimalisme” berfokus pada proses repetisi frase musik pendek. Apa yang dipengaruhi gamelan dalam music Reich tidak jelas. Dari pernyataannya, kita tahu bahwa dia tidak tertarik meniru suara gamelan. Penjelasannya tentang proses transformasi music non-Barat dalam komposisinya tampak serupa dengan proses transcendental yang diungkapkan Boulez. Dia berkata,”Bentuk ketertarikan pengaruh setidak-tidaknya, bagi saya, adalah meniru bunyi dari sejumlah musik non-Barat.”

Dengan kata lain; seseorang dapat menciptakan musik dengan bunyinya sendiri yang dikonstruksikan dalam cahaya pengetahuannya tentang struktur-struktur non-Barat. Hal ini menyebabkan situasi ketertarikan terhadap pengaruh non-Barat ada dalam pikiran tapi tidak dalam bunyi. Hal ini lebihmerupakan bentuk sejati dan keterarikan pengaruh karena ketika mendengarkan, seseorang tidak perlu menyadari bahwa sebagian musik non-Barat telah ditiru. Disamping meniru, pengaruh struktur-struktur musik non-Barat pada pemikiran komposer Barat mungkin menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru (Reich 1974:40).


(Sumber : Dr.Sumarsam, "Gamelan dan Barat: Interaksi Musik dan Budaya" dalam Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia Th. IX-1998/1999)




EmoticonEmoticon