Sabtu, 12 Agustus 2017

Sujud Kendang : Si Kendang Tunggal (bagian 2)

Tags

Sujud Kendang tahun 2003
Sujud Sutrisno lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia kesenian. Kedua orang tua Sujud adalah seniman tradisional Cokekan. Ayahnya adalah seorang pengrawit yang memliki keahlian khusus atau spesialis pada alat musik Siter, sedangkan ibunya adalah seorang Sinden. Sujud sejak kecil biasa memainkan kendang. Kedua adik kandung sujud yang bernama Gudel dan Welas, dimana keduanya adalah perempuan, juga ikut terlibat dalam kesenian ini. Mereka menjadi sinden juga bersama ibu mereka dalam kelompok kesenian tersebut. 



Dari kesenian itulah Sujud mulai belajar memainkan kendang dan bersama orang tuanya pentas diberbagai acara. Sejak kecil Sujud sudah terbiasa pentas bersama kelompok kesenian cokekan yang beranggotakan sepuluh orang termasuk kedua orang tuanya yang merupakan koordinator kelompok tersebut. Kelompok tersebut main jika ada tanggapan atau permintaan pentas, seperti acara pernikahan, syukuran, dan bahkan untuk acara-acara yang bersifat keagamaan seperti Natalan dan Syawalan.

Cokekan adalah penyajian karawitan atau kelenengan yang terbatas karena hanya menggunakan instrumen : (1)  gambang slendro atau pelog, (2) siter slendro atau pelog, (3) kendang, dan (4) gong kemodhong atau gong bumbung. Dapat juga cokekan menggunakan seperangkat alat yang sederhana lagi, yaitu : (1) gender barung, (2) kendang, dan (3) gong kemodhong atau gong bumbung. Setiap daerah mempunyai pilihan sendiri atas jenis perangkat gamelan yang digunakan dalam cokekan.

Ketika masih duduk di kelas tiga SD (Sekolah Dasar ), Sujud pertama kali mengamen. Sepulang sekolah dipergi hari kemudian sujud mengamen. Ada pengalaman menarik waktu itu, dimana sujud pernah mengamen dirumah gurunya.

Pada tahun 1972, ayah Sujud Sutrisno meninggal dunia. Sujud tetap meneruskan berkesenian. Satu-satunya peninggalan ayahnya yang paling berharga adalah sebuah kendang tua. Kendang itu adalah kendang ketipung yang digunakan untuk menghibur dengan musik humornya, keluar-masuk kampung dari rumah kerumah. Kemudian baru pada tahun 1979, kendang tua itu harus diganti. Kayu dan kulit kendang sudah mulai lapuk dimakan usia. Dengan tabungan hasil mengamen, Sujud membeli kendang ketipung yang baru seharga Rp. 28.500,00. Kendang itulah yang digunakan sujud untuk mengamen dimanapun dan kemana pun hingga saat ini.

Sujud Kendang tahun 2003

Sujud adalah seorang pemusik jalanan. Ia tidak hanya menghibur orang dengan musik humornya dari rumah kerumah tetap juga tampil diatas panggung. Ketika tampil diatas panggung, terkadang Sujud tidak selalu bermain tunggal. Didik Nini Thowok, Waljinah, Ki Anom Suroto, Sapto Raharjo dan Marwoto adalah sekian dari nama-nama seniman yang akrab dengan Sujud dan pernah tampil bersama. 

Jauh sebelumnya, Sujud bahkan pernah terlibat aktif selama 6 bulan dalam Teater Alam bersama Noor W.A dan Azwar A.N. Sujud pernah mendirikan kelompok musik dangdut bersama teman-temannya yang juga sering ngamen. Namanya Putra Kelana yang sempat rutin latihan dua kali dalam seminggu. Tetapi kelompok Putra Kelana tidak lama kemudian akhirnya bubar dikarenakan beberapa personil sudah bekerja sehingga kesulitan membagi waktu untuk latihan. Juga pernah bermain sebagai pengendang juga bersama Orkes Melayu Teratai dan Intan Sahara. Sujud memang sangat menyukai kesenian sehingga ia tidak segan-segan untuk bekerjasama dengan seniman lainnya terutama dibidang seni pertunjukan untuk mengekspresikan kemampuan yang ia miliki.
Bersambung...(Klik disini)


EmoticonEmoticon