![]() |
Titi Laras Slendro |
Ada 2 jenis titi laras atau laras dalam Karawitan Jawa, yaitu :
- Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras Slendro adalah suasana yang bersifat gembira, riang, ringan, dan terasa lebih ramai. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya adegan perang, perkelahian, atau baris diiringi gamelan laras slendro. Penggunaan laras slendro juga dapat memberikan kesan sebaliknya, yaitu sedih, sendu atau bahkan romantis. Misalnya pada gending yang menggunakan laras slendro miring. Nada miring adalah nada laras slendro yang secara sengaja dimainkan tidak tepat pada nada-nadanya. Oleh karena itu banyak adegan rindu, percintaan kangen, sedih, sendu, kematian, merana diiringi gendhing yang ber-laras slendro miring.
- Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada permainan gendhing yang menggunakan laras Pelog Nem. Maka dari itu banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan masuknya seorang Raja ke sanggar pamelegan (tempat pemujaan), adegan marah, adegan yang menyatakan sakit hati atau adegan yang menyatakan dendam diiringi gendhing-gendhing laras Pelog. Tetapi pada permainan nada-nada tertentu laras pelog dapat juga memberi kesan gembira, ringan, dan semarak, misalnya pada gendhing yang dimainkan pada laras Pelog Barang.
Laras Slendro mempunyai susunan sebanyak 5 nada, yaitu : 1-2-3-5-6 (baca: ji-ro-lu-ma-nem). Sedangkan laras Pelog mempunyai susunan sebanyak 7 nada, yaitu : 1-2-3-4-5-6-7 (baca: ji-ro-lu-pat-ma-nem-pi). Kedua laras tersebut dalam teori nada dikategorikan sebagai nada 'pentatonis' (mempunyai 5 nada).
Pembahasan yang lebih mendalam lagi, laras Pelog bisa dibagi lagi menjadi 2 laras yang berbeda, yaitu laras Pelog Bem dan laras Pelog Barang.
Pelog Bem : 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6
ji ro lu pat ma nem
Pelog Barang : 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7
ro lu pat ma nem pi
Maka sebenarnya laras dalam gamelan Jawa ada 3, yaitu laras Slendro, laras Pelog Bem, dan laras Pelog Barang. Walaupun demikian, kenyataannya kedua laras Pelog itu, biasanya disusun dalam satu kesatuan yang lazim disebut sebagai gamelan laras Pelog, dimana susunan nada-nadanya umumnya terdiri dari nada 1-2-3-4-5-6-7. Penyebabnya adalah, nada-nada 2-3-4-5-6 pada gamelan laras Pelog Bem dan laras Pelog Barang, merupakan nada-nada yang frekuensinya sama. Maka, penyatuan laras Pelog Bem dengan laras Pelog Barang dalam satu susunan nada, sebenarnya lebih didasaridari segi kepraktisan. Memang, dalam sejumlah komposisi gendhing, secara terbatas ada juga permainan nada yang memang menggunakan kedua susunan nada Pelog secara bersamaan.
Apa itu Pathet (Patet) ?
Pathet/Patet/Papatet/Patutan adalah semacam mode dalam musik Gregorian sebagai ragam tangga nada dalam karawitan Indonesia, khususnya pada gamelan Jawa, Sunda, dan Bali. Perbedaan pilihan akan membedakan tingkat, sifat, dan suasana musiknya. Dalam pergelaran wayang kulit, penetapan dan pergantian patet besar sekali peranannya. Pergantian patet biasanya meningkat, sejalan dengan meningkatnya jalan ceritera.
Hal yang menarik dari nada gamelan adalah jika ditinjau dari segi jarak antara satu nada ke nada yang lain. Gamelan laras Slendro secara umum dinyatakan mempunyai jarak antar nada dinyatakan sama. Sedangkan pada gamelan laras Pelog, jarak antar nada dinyatakan tidak sama. Ini merupakan gambaran umum yang dikenal di masyarakat. Meski demikian, hasil diskusi ternyata menyatakan berbeda. Jarak antar nada sebenarnya agak sedikit berbeda, baik pada gamelan laras Slendro, maupun pada gamelan laras Pelog Bem dan gamelan laras Pelog Barang. Perbedaan ini, disebabkan adanya unsur 'rasa' saat memainkan nada-nada gamelan pada saat-saat tertentu. Sebagai gambaran, pada permainan gamelan Jawa dikenal ada 3 'Pathet', yaitu :
Apa itu Pathet (Patet) ?
Pathet/Patet/Papatet/Patutan adalah semacam mode dalam musik Gregorian sebagai ragam tangga nada dalam karawitan Indonesia, khususnya pada gamelan Jawa, Sunda, dan Bali. Perbedaan pilihan akan membedakan tingkat, sifat, dan suasana musiknya. Dalam pergelaran wayang kulit, penetapan dan pergantian patet besar sekali peranannya. Pergantian patet biasanya meningkat, sejalan dengan meningkatnya jalan ceritera.
Hal yang menarik dari nada gamelan adalah jika ditinjau dari segi jarak antara satu nada ke nada yang lain. Gamelan laras Slendro secara umum dinyatakan mempunyai jarak antar nada dinyatakan sama. Sedangkan pada gamelan laras Pelog, jarak antar nada dinyatakan tidak sama. Ini merupakan gambaran umum yang dikenal di masyarakat. Meski demikian, hasil diskusi ternyata menyatakan berbeda. Jarak antar nada sebenarnya agak sedikit berbeda, baik pada gamelan laras Slendro, maupun pada gamelan laras Pelog Bem dan gamelan laras Pelog Barang. Perbedaan ini, disebabkan adanya unsur 'rasa' saat memainkan nada-nada gamelan pada saat-saat tertentu. Sebagai gambaran, pada permainan gamelan Jawa dikenal ada 3 'Pathet', yaitu :
- Pada permainan menggunakan gamelan laras Slendro, ada 3 Pathet, yaitu: Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura.
- Pada permainan menggunakan gamelan laras Pelog, ada 3 Pathet, yaitu: Pathet Lima, Pathet Nem, dan Pathet Barang.
Namun, di antara pathet nem dan pathet sanga (pada permainan gamelan laras slendro) dan di antara pathet lima dan pathet nem (pada permainan gamelan laras pelog); dikenal adanya pathet transisi, yang disebut ‘pathet lindur’. Sedangkan di antara pathet sanga dan pathet manyura (pada permainan gamelan laras slendro) dan di antara pathet nem dan pathet barang (pada prmainan gamelan laras pelog); dikenal adanya pathet transisi, yang disebut ‘pathet nyamat’.
Sumber:
- M. Soeharto, Kamus Musik, Grasindo.
- Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, Mengenal Seni Karawitan Jawa.
- Bram Palgunadi, Nada Gamelan Jawa yang Ajaib, facebook.com/notes/
- M. Soeharto, Kamus Musik, Grasindo.
- Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, Mengenal Seni Karawitan Jawa.
- Bram Palgunadi, Nada Gamelan Jawa yang Ajaib, facebook.com/notes/
EmoticonEmoticon