![]() |
Gendang Penca |
Gendang Penca
Pencak silat seni di Jawa Barat memang tidak terlepas dari iringan musik 'gendang penca' pada tiap pertunjukannya. Gelombang bunyi alat-alat instrumen musik yang tersusun membentuk susunan irama membuat kesenangan pada indra pendengaran dan menyentuh perasaan di dalam lubuk hati. Musik yang khas ini dimainkan oleh satu ensembel yang terdiri dari 2 gendang besar (gendang indung dan gendang anak atau penerus), 4 gendang kecil (kulantir), tarompet (terompet), dan gong kempul (kecil). Gendang terbuat dari kayu pohon nangka (Artocarpus integrifolia), kulit gendang terbuat dari kulit anak rusa, tali gendang terbuat dari kulit, terompet terbuat dari kayu pohon cengkeh, dan gong kecil terbuat dari bahan logam perunggu.
Instrumen ensembel ini mendekati ukuran yang sama, meskipun di setiap daerah tidak standar. Secara umum, ukuran masing-masing alat musik bisa dipaparkan sebagai berikut:
- Gendang indung panjang kurang lebih satu meter dengan lingkaran bagian kulit sebelah kanan berdiameter 30 cm dan sebelah kiri 25 cm.
- Gendang kulantir panjang kurang lebih 30 cm, diameter lingkaran 25 cm dengan diameter kulit sebelah kanan lebih lebar dari kulit bagian kiri. Meskipun bentuk dan ukuran dari 4 gendang kulantir hampir sama tapi masing-masing memiliki suara yang berbeda-beda.
- Tarompet (terompet) memiliki 7 lobang untuk mengatur suara, berukuran kurang lebih 35 cm dengan bentuk lebar di depan dan kecil di belakang.
- Gong kecil berdiameter 35 cm
Instrumen-instrumen ini secara ideal dimainkan oleh 4 orang nayaga (bila terpaksa, untuk penghematan biaya bisa dimainkan oleh 3 nayaga, pemain terompet, pemain gendang, dan penabuh gong). Seorang pemain duduk bersila dengan gendang indung di hadapannya secara melintang dan dua gendang kulantir di sebelah. Gendang indung ini ditunjang oleh penyanggah sedemikian rupa bahwa posisinya di sebelah kanan lebih tinggi. Sedangkan 2 gendang kulantir dibaringkan di bawah dengan posisi berdiri, satu disamping kiri dan yang lain di sebelah kanan. Ketiga pemain lainnya juga duduk bersila di lantai, dan kadang-kadang mengangkat satu kakinya untuk mengikuti irama musik. Salah satu pemain diantaranya memegang gendang anak, dan 2 gendang kulantir sedangkan nayaga-nayaga lain masing-masing membunyikan gong kempul dan meniup tarompet. Gong kecil itu biasanya digantungkan pada penyanggah berkaki 2 yang diukir dan dihiasi dengan cat berwarna-warni serta sering terdapat pula nama perkumpulan pencak silat sebagai satu tanda kebanggaan.
Gendang indung dan anak beserta empat gendang kulantir berperan mengatur gerak dan tempo lagu. Kedua set gendang seperti berdialog dalam pertunjukan, mengkombinasi suara saling bersambung. Gendang anak memimpin dan memberi pukulan yang lebih variatif, sementara gendang indung dengan suara yang lebih rendah melayani gendang anak dan sekaligus memberi pola dasar irama yang tidak bisa dilanggar oleh gendang anak itu (Suanda 1995:5). Sebagai pendukung gerakan, kedua nayaga gendang harus memahami bentuk dan tujuan dari setiap gerakan pesilat agar musik dan gerak dapat menyatu. Mereka perlu memperhatikan kapan pesilat harus menambah daya kekuatan gerak, khususnya pada gerak memindahkan badan, yaitu gelang bahu, rongga dada, punggung, pinggang, dan panggul, agar dapat disertakan dengan tepakan gendang. Contohnya, menghindar dan menangkis lebih melaras bila nayaga menepak bunyi gendang indung yang bersuara 'bem' (Saleh 1989:9). Justru karena peran gendang yang sangat mendasardalam menentukan irama dan suasana pertunjukan, ensembel yang mengiringi pencak silat seni Jawa Barat disebutkan sebagai 'gendang penca'.
Ini bukan bermaksud bahwa instrumen-instrumen lain tidak bermanfaat. Bermain tarompet juga sangat berperan dikarenakan melodi yang sugestif dan perannya dalam menunjukkan lagu apa yang dibawakan. Bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa tarompet peragaan gendang pencak silat kurang seru. Menurut kepercayaan rakyat, pemain tarompet mempunyai kekuatan magis yang disebut ilmu 'pamelet', 'penyedap' atau 'resep', agar penampilannya sedap dinikmati oleh penonton. Ilmu ini juga digunakan untuk menetralisir gangguan magis dari orang di publik yang merasa iri atas kebolehan perkumpulannya. Untuk melindungi kekuatannya, pemain terompet menggunakan izim atau mantra-mantra yang biasanya dikenakan di leher berupa sapu tangan.
Unsur magis juga tercermin dalam instrumen gong. Sebelum pertunjukan dimulai, nayaga berdoa di depan sesajen dan membakar kemenyan yang diletakkan di bawah gong dengan tujuan peragaan pesilat dapat berjalan dengan selamat dan lancar. Selain peran sakral ini, gong mempunyai pula peran yang penting dalam irama penca karena berguna untuk mempertegas tesis atau memberi tanda dalam tempo. Pemain gong bisa lebih rileks dibandingkan nayaga lainnya, namun dia pun harus memperhatikan gerakan pesilat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara memukul gong di Jawa Barat sangat bervariasi. Yang paling terkenal adalah suara "Bangbara Ngapung' yang berbunyi seperti tawon hitam yang sedang terbang, suara 'Anjing Manting' yang mirip suara anjing yang sedang berburu, seperti anjing-anjing bangsawan Sunda tempo dulu, dan suara 'Puyuh Ngungkung' yang berbunyi seperti burung puyuh bersuara sedang bernyanyi dan didengar dari kejauhan (Saleh 1989:9).
Ensembel yang terdiri dari gendang, terompet, dan gong ini mempunyai irama musik khusus untuk pertunjukan pencak silat seni yang membedakan dari tontonan jenis seni lainnya. Uniknya di Jawa Barat, peragaan pencak silat seni selalu menggunakan pakem gendang penca yang sama, meskipun menampilkan jurus-jurus yang saling berbeda dari aliran-aliran yang berbeda pula. Asal menyebut nama jenis tepak (pukulan), para nayaga dapat mengerti maksud pesilat dan sanggup mengikuti gerakannya, Secara lebih khusus gendang penca mengenal 5 kategori pukulan. Dari tempo paling lambat sampai yang paling cepat, pakem terdiri dari :
Ini bukan bermaksud bahwa instrumen-instrumen lain tidak bermanfaat. Bermain tarompet juga sangat berperan dikarenakan melodi yang sugestif dan perannya dalam menunjukkan lagu apa yang dibawakan. Bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa tarompet peragaan gendang pencak silat kurang seru. Menurut kepercayaan rakyat, pemain tarompet mempunyai kekuatan magis yang disebut ilmu 'pamelet', 'penyedap' atau 'resep', agar penampilannya sedap dinikmati oleh penonton. Ilmu ini juga digunakan untuk menetralisir gangguan magis dari orang di publik yang merasa iri atas kebolehan perkumpulannya. Untuk melindungi kekuatannya, pemain terompet menggunakan izim atau mantra-mantra yang biasanya dikenakan di leher berupa sapu tangan.
Baca juga: Musik dalam Pencak Silat (Klik disini)
Unsur magis juga tercermin dalam instrumen gong. Sebelum pertunjukan dimulai, nayaga berdoa di depan sesajen dan membakar kemenyan yang diletakkan di bawah gong dengan tujuan peragaan pesilat dapat berjalan dengan selamat dan lancar. Selain peran sakral ini, gong mempunyai pula peran yang penting dalam irama penca karena berguna untuk mempertegas tesis atau memberi tanda dalam tempo. Pemain gong bisa lebih rileks dibandingkan nayaga lainnya, namun dia pun harus memperhatikan gerakan pesilat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara memukul gong di Jawa Barat sangat bervariasi. Yang paling terkenal adalah suara "Bangbara Ngapung' yang berbunyi seperti tawon hitam yang sedang terbang, suara 'Anjing Manting' yang mirip suara anjing yang sedang berburu, seperti anjing-anjing bangsawan Sunda tempo dulu, dan suara 'Puyuh Ngungkung' yang berbunyi seperti burung puyuh bersuara sedang bernyanyi dan didengar dari kejauhan (Saleh 1989:9).
Ensembel yang terdiri dari gendang, terompet, dan gong ini mempunyai irama musik khusus untuk pertunjukan pencak silat seni yang membedakan dari tontonan jenis seni lainnya. Uniknya di Jawa Barat, peragaan pencak silat seni selalu menggunakan pakem gendang penca yang sama, meskipun menampilkan jurus-jurus yang saling berbeda dari aliran-aliran yang berbeda pula. Asal menyebut nama jenis tepak (pukulan), para nayaga dapat mengerti maksud pesilat dan sanggup mengikuti gerakannya, Secara lebih khusus gendang penca mengenal 5 kategori pukulan. Dari tempo paling lambat sampai yang paling cepat, pakem terdiri dari :
- Tepak dua
- Tepak paleredan
- Tepak tilu
- Tepak golempang
- Tepak dungdung (pakdungdung)
_____________________________________________________________________
Tepak dua memiliki tempo pukulan gendang yang lambat agar keindahan gerak dapat dipertontonkan dan pesilat dapat berhenti sejenak setelah bunyi gong, sebelum dilanjutkan dengan rangkaian gerak dan musik berikutnya.
Ketukan : . . . . . . . . . . . . . .
Gendang indung : . t . . . t . . D t D . D . t D .
Gendang anak : . . . p p p p . p d . p d p . p p p p
Goong : . . . . . . . . . . . . . . . . G
_____________________________________________________________________
Ketukan : . . . . . . . . . . . . . .
Gendang indung : . t . . . t . . D t D . D . t D .
Gendang anak : . . . p p p p . p d . p d p . p p p p
Goong : . . . . . . . . . . . . . . . . G
_____________________________________________________________________
Tepak paleredan memiliki pukulan gendang agak lebih cepat dengan tujuan untuk mempertontonkan keindahan gerak. Namun tidak ada gerakan berhenti setelah gong berbunyi seperti dalam tepak dua dan gerakan terus berlanjut.
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Tepak tilu (tiga) memiliki tempo pukulan gendang yang sedang agar mengiringi gerakan yang lebih cepat daripada tepak dua dan paleredan.
Gendang indung : t . t D t D t D
Gendang anak : . p d . p d . d p d .
Goong : . . .(G) . . G
____________________________________________________________________
Gendang indung : t . t D t D t D
Gendang anak : . p d . p d . d p d .
Goong : . . .(G) . . G
____________________________________________________________________
Tepak golempang memiliki tempo pukulan gendang yang cepat dengan suasana irama dan lagu yang biasanya menantang. Di masa lalu, dan kadang-kadang masih sekarang, pada saat itulah pesilat menantang penonton untuk masuk ke gelanggang dan mencoba keterampilan berkelahi dengannya.
Gendang indung : . D . t D t . (t)
Gendang anak : p p p p d p
Goong : . (G) . G
Gendang indung : . D . t D t . (t)
Gendang anak : p p p p d p
Goong : . (G) . G
____________________________________________________________________
Tepak dungdung memiliki tempo pukulan gendang yang tercepat untuk mengiringi gerakan-gerakan pertarungan.
Gendang indung : D t D (t)
Goong : . G
Gendang anak : sangat bervariatif
____________________________________________________________________
Gendang indung : D t D (t)
Goong : . G
Gendang anak : sangat bervariatif
____________________________________________________________________
Sumber: O'ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu & dari berbagai sumber
Sumber Gambar: artculture567.blogspot.com
1 komentar so far
PAMANTANI DONOKERTO SLEMAN YOGYAKARTA
UNDANGAN UNTUK UMUM
MINGGU PAGI jam.10.00 – 20.00
PAMANTANI : DONOKERTO , TURI Sleman Yogyakarta
ARAH ke Lokasi :
MONUMEN JOGJA KEMBALI ke Utara sampai PERTIGAAN ALFA SUPERMARKET dan CERIA SUPERMARKET – ke KIRI hingga bertemu JEMBATAN Kelurahan DONOKERTO dan ada JEMBATAN disitulah PAMANTANI
SEGERA ke WA kami : langsung ke WA PAMANTANI 085725835029
buka instagram
@farhankudosan
@visitnesia
@satrio.mataram8854
https://mataramgolonggilig.wordpress.com/author/jagaddiri/
http://kopi-paman-tani.business.site/
di GOOGLE buka : PAMANTANI DONOKERTO
MOHON HADIR
MINGGU besok segera FOTOGRAFI ke PAMANTANI DONOKERTO TURI SLEMAN
@satrio.mataram8854
UNDANGAN TERBUKA bagi yang mau BUAT FILM dan yang mau FOTOGRAFI
Minggu jam 09.00 – 17.00
dan yang mau ikut JUALAN PRODUK PAMANTANI SILAHKAN dengan harga
dengan Pendaftaran Rp. 55.000/ orang
PENDAFTARAN melalui : WA – 0857298296
atau langsung ke WA PAMANTANI 085725835029 instagram
@farhankudosan
@visitnesia
@satrio.mataram8854
@pamantani_sempor
Email : visitnesia@gmail.com
Email : jagaddiri@gmail.com
www.visitnesia.com
YOUTUBE : VISITNESIA
EmoticonEmoticon